Heterochronic parabiosis merupakan penelitian eksperimental yang menarik, di mana sistem peredaran darah dari dua hewan yang tua dan muda dihubungkan secara bedah. Penelitian ini menunjukkan bahwa hewan yang tua menunjukkan tanda-tanda menjadi lebih muda setelah menerima darah muda, sedangkan hewan yang muda menjadi lebih tua setelah menerima darah tua. Hal ini mengungkapkan bahwa darah merupakan faktor kunci yang menyebabkan penuaan dan juga dapat membalikkan penuaan, karena darah merupakan faktor lingkungan utama tempat semua sel hidup. Para ilmuwan modern kembali mengkaji ilmu ini untuk mempelajari efek faktor sistemik terhadap penuaan dan peremajaan, dengan upaya mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi penuaan dan regenerasi jaringan. Data penelitian yang memadai menunjukkan bahwa paparan terhadap sistem peredaran darah yang muda dapat memiliki efek positif pada perbaikan jaringan, fungsi kognitif, dan masa hidup pada tubuh yang lebih tua. Efek peremajaan ini mungkin disebabkan oleh zat-zat muda dalam darah, seperti faktor pertumbuhan dan protein tertentu, yang mendorong regenerasi dan perbaikan jaringan. Selain itu, regulasi protein "buruk" dalam plasma yang telah menua, seperti beta-amyloid, tau protein, dan alpha-synuclein, berkontribusi pada efek penuaan yang menyebabkan penurunan dan penyakit terkait usia. Saat ini, terdapat upaya untuk mengembangkan model heterochronic parabiosis pada manusia di beberapa universitas di Amerika Serikat, termasuk University of Chicago, Stanford, Harvard, dan UC Berkeley.